Saturday, December 14, 2013

Perjalanan menggapai atap Pulau Jawa, Puncak Mahameru | Bagian 1

Gunung Semeru
Mahameru, Begitu orang menyebut tanah tertinggi di pulau Jawa tersebut. Tanah suci puncak para dewa ini terus mengundang banyak petualang dari penjuru nusantara maupun dari mancanegara untuk mencumbui puncaknya. Saya akan membawa anda seakan-akan ikut mendaki bersama pada postingan ini. Enjoy!

PERJALANAN MENGGAPAI ATAP PULAU JAWA, PUNCAK MAHAMERU.


Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Gunung Semeru adalah gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa, dengan puncaknya Mahameru di ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl). Kawah di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloko. Posisi gunung ini terletak di antara wilayah administrasi Kabupaten Malang dan Lumajang, Jawa Timur.

Pertama-tama perkenalkan Tim yang kami beri nama Badranaya Adventure. Saya Dhani, Julian dan Devies berasal dari Cikarang, Erwin dan Egi dari Cikampek, Sandy dari Tangerang dan Bang Dedy Zaru dari Depok.  Badranaya Adventure sendiri baru terbentuk pada tanggal 1 November 2013. Dan perjalanan ke Puncak Mahameru ini merupakan Ekspedisi perdana bagi Tim Kami.

Bersama-sama kami merencanakan perjalanan ini yang merupakan angan-angan kami sejak lama untuk berada di puncak tertinggi Pulau Jawa, Puncak Mahameru.

Merencanakan perjalanan ke Gunung Semeru tidaklah mudah, banyak hambatan dan masalah melanda kami, termasuk mengumpulkan teman untuk membentuk tim, penentuan hari pendakian, pengajuan cuti, hingga pantauan situasi dan kondisi mengenai Gunung Semeru. Ini yang tak kalah penting, komunikasi serta koordinasi dengan pihak TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru) karena jikapun semua persiapan telah 100% namun pintu pendakian ditutup untuk umum maka selesailah rencana Ekspedisi ini. Setidaknya, membutuhkan waktu sekitar 2 bulan persiapan meliputi perizinan, persiapan fisik, mental, materi, logistik.

Dua minggu sebelum hari keberangkatan, Pintu pendakian Semeru ditutup untuk umum menyusul 2 pendaki dari Jakarta yang hilang di Gunung Semeru. Berita ini membuat Kami khawatir mengingat persiapan yang telah mencapai 90% (hanya tiket Kereta Api saja yang belum kami beli). Hari demi hari kami pantau terus perkembangannya hingga pada akhirnya pihak SAR dari TNBTS berhasil menemukan 2 pendaki yang hilang tersebut. Berita itu membuat kami lega, menyusul kabar baik tersebut, tidak lebih dari 1 minggu Semeru kembali dibuka untuk pendakian umum.

Tidak berselang lama, Kami mendapati berita yang kembali mengkhawatirkan. Berita yang mengabarkan tentang lahar dingin Gunung Semeru yang turun hingga Kabupaten Lumajang. Jujur saja berita itu sempat membuat saya down dan sempat mencari-cari gunung lain sebagai alternatif jika Gunung Semeru kembali ditutup untuk umum sembari memantau terus perkembangan Gunung Semeru. Beruntung, kurang dari seminggu sebelum keberangkatan tidak ada lagi penutupan Gunung semeru untuk pendakian umum.



HARI KEBERANGKATAN
Jumat, 22 November, 2013
Pukul 12:30 selepas Shalat Jum’at kami ber-7 berkumpul di Stasiun KA Pasar Senen Jakarta, semua anggota terlihat bersemangat, khususnya Saya yang sejak awal paling getol dan paling sibuk mempersiapkan perjalalan ini. Kami memulai perjalanan dari Jakarta ke Malang pada pukul 14:00 (Kereta dijadwalkan berangkat pukul 13:40) menggunakan kereta api Matarmaja AC Ekonomi dengan tarif yang cukup murah Rp 65.000. Perjuangan sudah dimulai, dibutuhkan hampir 20 jam perjalanan ke Malang, mendengarnya saja sudah pegal.


Meeting point di Stasiun Pasar Senen, Jakarta
 
Julian, Bang Dedy dan Dhani di Kereta Matarmaja
 
Sandy feat Dhani di Kereta

DARI SINI SEMUA DIMULAI DENGAN MELANGKAH
Sabtu, 23 November, 2013
19 jam perjalanan berlalu, hari berikutnya pukul 8:30 kami tiba di Stasiun Kereta Api Malang Kota Baru, Jawa Timur. Kemudian kami menyewa sebuah Angkutan Umum untuk melanjutkan perjalanan ke sebuah Kota kecil bernama Tumpang. Setelah negosiasi cukup alot dengan Pak Supri (Sopir angkot) akhirnya disepakati membayar 100 ribu untuk 1x perjalanan ke Tumpang. Lumayan murah untuk rombongan beranggotakan 7 orang.
 
Kiri ke Kanan: Dedy Zaru, Julian, Sandy, Dhani, Egi, Erwin, Devies

Kiri ke Kanan: Dedy, Sandy, Julian, Dhani, Egi & Erwin Tiba di Kota Malang
Tiba di Tumpang pukul 9:30, kami diantarnya ke Rumah Pak Roes untuk menyewa truk. Setibanya disana, Kami bertemu rombongan dari Jakarta yang beranggotakan 3 orang bernama Bang Seca, Bang Dado dan Bang Hamka. Hanya Bang Hamka saja yang belum pengalaman ke Semeru. Rupanya mereka telah berada di Tumpang sejak kemarin siang. Karena keterlambatan kereta, mereka memutuskan untuk menginap semalam di Rumah Pak Roes. Setelah ngobrol-ngobrol maka sepakatlah kita untuk bergabung dalam 1 tim pendakian. Good News!

Kami tinggal beberapa saat disana sambil menunggu tim untuk bersiap-siap. Setelah itu, pada pukul 10:00 kami melanjutkan perjalanan menggunakan Truk sewaan ke Ranupani, desa terakhir di lembah Semeru dengan 2.200 meter di atas permukaan laut. Semula kami berencana menyewa Jeep, hanya saja kebetulan di tempat Pak Roes sedang penuh disewa.
Tim siap berangkat menuju Ranupani
Setelah 1,5 jam perjalanan yang luar biasa dengan pemandangan pegunungan dan air terjun yang spektakuler, kami tiba di Jemplang, batas akhir kendaraan mobil boleh melintas karena setelah itu sedang ada perbaikan jalan menuju Ranupani. Dari Jemplang terbagi 2 jalur, ke kanan adalah menuju Ranupani, sementara jalur ke kiri menuju wisata gunung Bromo melalui Padang savana Tengger. Sepanjang perjalanan tadi, tak jarang kami menemukan beberapa jenis Monyet liar.

Dari Jemplang perjalanan dilanjutkan menggunakan Ojeg yang tak kalah menarik dan mendebarkan, mengingat jalur nanjak berkelok dan berbatasan langsung dengan jurang yang curam, juga cara mereka mengendarai motor dengan kecepatan penuh-lah yang sebetulnya membuat perjalanan lebih menegangkan.

Setibanya di Pos Ranupani, kami melapor ke petugas disana, menyerahkan persyaratan dan mengisi form pendaftaran dan surat izin untuk mendaki. Setelah makan siang, kami segera mulai mendaki pada pukul 12:30. ‘Dari sini, semua dimulai dengan melangkah.’
Pos Ranupani
 
Devies di Pos Ranupani

Gerbang Pendakian Gunung Semeru
Dari Ranupani ke Puncak Mahameru, Kita harus melewati 3 Shelter. Yang pertama adalah Ranu Kumbolo. Ranu Kumbolo adalah sebuah danau besar yang terletak di ketinggian 2.400 meter di atas permukaan laut dengan luas 14 Ha. Ini adalah danau pegunungan dengan air tawar di mana kita bisa melihat matahari terbit di pagi hari antara dua bukit di timur .

Jalur awal yang kita lalui cukup landai, lereng bawah bukit didominasi oleh tanaman alang dan pinus. Tidak ada tanda penunjuk arah, namun terdapat tanda-tanda pada setiap jarak 100 meter. Di sepanjang perjalanan, seringkali kita temui batang pohon besar yang tumbang menyilang di jalur pendakian dan cabang-cabang pohon di atas kepala, jadi kita harus sering menundukkan badan dan menekuk kepala, tingginya tas carrier sangat membuat tidak nyaman.

Setelah berjalan sekitar 5 km menyusuri lereng bukit ditumbuhi Edelweiss, kita  sampai di Watu Rejeng. Disana Kita bisa melihat batu terjal yang sangat indah. Kami melihat pemandangan indah di lembah dan bukit-bukit yang ditutupi dengan hutan cemara dan pinus. Kadang-kadang kita bisa melihat kepulan asap dari puncak Semeru. 
Pos peristirahatan menuju Ranu Kumbolo

ICI Adventure

Erwin dan Sandy: Interisti dalam Tim Badranaya
Setelah 5 jam hiking, pada pukul 17:30 kami tiba di Ranu Kumbolo, sebuah pemandangan yang menakjubkan. Rasa lelah kami terbayar oleh panorama spektakuler Ranu Kumbolo yang tertutupi pekat oleh kabut, suhu disini sangat dingin. Walaupun masih pukul 18:00 disini sudah sangat gelap.
Kami membangun 3 tenda di kegelapan, memasak dan makan, kemudian setelah perut kenyang kami semua tidur. 
Berselimut kabut Ranu Kumbolo
HEY, TODAY IS MY BIRTHDAY
Minggu, 24 November, 2013
Pada 04:30 pagi, Saya terbangun karena tergoda untuk menyaksikan sunrise di Ranu Kumbolo. Setengah jam kemudian, teman-teman lainnya mulai bangun dan segera mempersiapkan peralatan untuk memasak. Setelah itu, kami memulai bagian yang kami sebut narsisme: mengambil banyak foto di sekitar danau. Pagi harinya, kami memancing ikan hanya untuk bersenang-senang (karena tidak ada ikan yang mau melahap mata kail pancingan kami).

Shubuh di Ranu Kumbolo

Mancing mania, Mantap !!!

Julian in action
 
Devies in action

Egi beraksi di depan Kamera 360

Pose Pose gak penting

Tim di Ranu Kumbolo

Team berlatarkan Tanjakan Cinta


Tim berlatarkan Tanjakan Cinta
Sekitar pukul 09:30 kami memulai perjalanan ke shelter berikutnya , Kalimati. Untuk mencapai Kalimati kita harus mendaki bukit curam yang cukup kesohor disebut Tanjakan Cinta. Mitos Tanjakan Cinta adalah bagi siapa saja yang berhasil melewati tanjakan curam hingga puncak tanpa berhenti dan tanpa melihat ke belakang sambil terus berpikir dan membayangkan orang yang dicintainya, maka semua impian-impian cintanya akan menjadi kenyataan. Boleh percaya, boleh tidak. 
Sandy membayangkan Nabilah JKT48 sebelum mendaki Tanjakan Cinta

Erwin saat akan mendaki Tanjakan Cinta


Dhani bersiap mendaki Tanjakan Cinta


Sandy tiba dahulu di Puncak Tanjakan Cinta *Faktor Nabila JKT48

Tim di Puncak Tanjakan Cinta
Tanjakan Cinta sangat sulit untuk dilalui, apalagi dengan beban 80 liter tas carrier di pundak. Beruntung bagi kami, setelah Tanjakan Cinta jalur menurun dan di depannya kami melihat padang rumput  luas yang sangat indah yang disebut Oro-Oro Ombo yang dipenuhi dengan tumbuhan Lavender & rumput-rumput tinggi setinggi 1,5 meter. Setelah melewati padang rumput ini, tibalah kita di Cemoro Kandang. Sampai di Cemoro Kandang, sudah tidak ada ladang Lavender, yang ada hanya pohon-pohon tinggi dan bukit-bukit. Itulah pemandangan yang akan kita lihat sepanjang perjalanan dari sini sampai Kalimati. Disana kita beristirahat beberapa menit dan melanjutkan perjalanan mendaki hutan pinus, terkadang disini kita bisa menemukan rusa dan banyak jenis burung.
Devies belatarkan Oro-oro Ombo

Julian berlatarkan Oro-oro Ombo
Pada akhir hutan pinus kita tiba di Jambangan, tempat dengan tanah datar, dipenuhi oleh rumput-rumput, edelweiss, dan pemandangan langsung ke Puncak Mahameru, Kita semakin dekat, dari sini Puncak Mahameru sudah dapat kita lihat dengan jelas. Setelah 30 menit berjalan melalui hutan akhirnya kami tiba di Kalimati (2.700 meter di atas permukaan laut) pada pukul 12:40, Shelter dengan  struktur tanah landai, padang rumput luas dan banyak ditumbuhi edelweiss di tepi hutan pinus. Disini angin bertiup kencang dan terasa menusuk-nusuk saking dinginnya. Kami mendirikan tenda di tempat yang cukup strategis yang terhalang angin untuk beristirahat sebagai persiapan sebelum summit attack pada tengah malam. Disana, kami mengambil air ke Sumber Mani, satu-satunya sumber mata air di Gunung Semeru, sekitar 1 jam perjalanan ke arah Barat. Saya, Erwin dan Bang Seca-lah yang ‘beruntung’ kebagian tugas ini, sementara yang lainnya sibuk mendirikan tenda. Kami harus pergi ke sana lebih awal, karena termasuk hewan buas disini seperti babi hutan dan macan kumbang juga sering dijumpai di Sumber Mani pada malam hari untuk mengambil air.
Erwin dan Dhani di Cemoro Kandang


Egi bergaya setibanya di Jambangan

Devies dan Bang Dado berfoto di Kalimati

Dhani mengambil Air di Sumber Mata Air Sumber Mani
 
Erwin mengambil Air di Sumber Mata Air Sumber Mani

Dhani berfoto bersama Edelweiss di Kalimati
 Setelah semua dilakukan, sekitar pukul 20:00 kami tidur lebih awal karena harus bangun pukul 22:30 untuk persiapan mendaki ke puncak Mahameru.


Bersambung ke Bagian 2
Untuk membaca selengkapnya klik: Perjalanan menggapai atap Pulau Jawa | Bagian 2

7 comments:

  1. Replies
    1. Seru banget pokonya, Kalo belum kesana, Saya sarankan untuk ke Semeru :) Dijamin gakkan nyesel

      Delete
    2. Asalkan pilih waktunya tepat. pasti dapet tuh view kereennya :D

      Delete
  2. Kereeen, kak.
    Pendaki asal mana semua tuh, kak? :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Campuran sih, ada yg dr Cikarang, Cikampek, Jakarta dan Tangerang

      Delete
  3. tadinya sempet takut mau ke semeru.. tapi baru baca versi lengkapnya ni blog.. aku malah jadi mupeng... aaaargghhh....

    ReplyDelete
  4. Insya Allah taun depan kita napak tilas ke Semeru lagi

    ReplyDelete