Tuesday, March 4, 2014

Photo Papandayan Team Badranaya Adventure Part 1


Tim Badranaya siap mendaki Papandayan


Sebelum mendaki, Foto dulu biar gak panik

Memulai pendakian menuju area kawah Papandayan

Area Kawah Papandayan

Bermain dengan Fantasi

Bergaya ala Titanic

Stay cool at Papandayan

Team Badranaya Adventure di Area Kawah Papandayan

Pondok Salada apa Taman bermain anak-anak?

Full team di Pondok Salada

Full team di Pondok Salada


Adik berkakak berfoto ria

Full tim

Masih pantes dibilang anak-anak kah?


Hutan mati

Hutan Mati

Hutan Mati

Kayanya lagi marahan nih yee??

Stay cool at dead Forest

Cool

Narsis di Hutan Mati

Narsis ria di hutan mati

Debut Si Bungsu di Hutan Mati

Posenya sedikit aneh


Foto dengan pose kaki pabeulit


Foto yang memiliki makna tersirat

Ladies at Badranaya Adventure


Ladies Badranaya

Senderan dulu biar gak syok

Imut-imutan di Gunung


Stay cool and face it like a man


Saturday, December 14, 2013

Perjalanan menggapai atap Pulau Jawa, Puncak Mahameru | Bagian 2

Lanjutan dari Bagian 1
Untuk kembali membaca Bagian 1, Klik: Perjalanan menggapai atap Pulau Jawa | Bagian 1

SUMMIT ATTACK
Minggu, 24 November 2013
Tepat pada pukul 22:30, semua anggota tim bangun dan bersiap-siap untuk muncak. Perjalanan mencapai Mahameru akan melewati Shelter Arcopodo (2.900 meter di atas permukaan laut). Arcopodo adalah tempat dengan ketinggian 200 meter lebih tinggi dari Kalimati dengan suhu yang sangat dingin, sangat berangin dan berdebu. Di Arcopodo kita menemukan banyak batu nisan dari para pendaki yang meninggal atau hilang tersesat tak diketemukan. Suasananya disini cukup menyeramkan. Jalur dari Kalimati ke Arcopodo didominasi oleh tanah padat dengan trek sulit yang sempit dan menanjak, seringkali kita mendaki melewati akar-akar pohon diatasnya dan batang-batang pohon yang tumbang.
Devies di kegelapan Arcopodo

Salah satu batu nisan di Arcopodo
Setelah shelter Arcopodo, trek berubah menjadi berpasir, tanjakan curam dan mulai berdebu. Satu jam pendakian melalui hutan pinus yang terjal, tibalah kami di tempat dengan sebutan Kelik, area batas vegetasi terakhir sebelum bukit-bukit pasir. Dari sini, kita harus menggunakan masker dan goggle untuk pelindung pernafasan serta cuaca dingin. Sebenarnya ini adalah jalur terpendek, hanya sekitar 3 km ke puncak, tetapi itu adalah bagian yang tersulit dan menyiksa. Tanah pijakan berupa pasir lembut dan bebatuan yang benar-benar longgar, sehingga bahkan jika kita mengambil langkah panjang, pijakan mulai runtuh memaksa kami untuk mengambil langkah yang lebih kecil. Untuk meraih beberapa meter saja perlu usaha keras yang menguras stamina. Sejauh dan sepanjang kaki melangkah naik, sejauh itu juga langkah kita merosot turun. Perjuangan bukan hanya melawan rasa lelah, angin dan suhu dingin yang ekstrim, juga perjuangan mental melawan rasa putus asa dan keterbatasan.

Summit attack dimulai pukul 11 ​​malam. Perlu 6,5 jam pendakian melalui bukit-bukit curam dan pasir pijakan yang mudah merosot. Kami mengkuti trek yang ada dan berhati-hati serta menggunakan headlamp dan memperhatikan langkah saat mendaki bukit-bukit pasir. Kita tidak boleh menginjak batu karena akan menyebabkan batu jatuh dan membahayakan pendaki lainnya dibawah kita.

Benar saja, beberapa kali kami mengalami kejatuhan batu besar dari atas. Pendaki dari atas acapkali berteriak ‘ROCK!’ yang menandakan ada batu yang jatuh dari atas. Kami harus lebih waspada dan hati-hati serta benar-benar fokus terhadap segala sesuatu disekitar kita.

Summit Attack di kegelapan

Summit Attack di Kegelapan

Mendaki di kemiringan 45 derajat

Mendaki di kemiringan 45 derajat
Hey, Today is My Birthday! Betapa beruntungnya saya, hari ini bertepatan Ulang Tahun yang ke-28 dimulai dengan Sunrise di Ranu Kumbolo, mendaki melintasi bukit hingga merayap di leher gunung Semeru menuju Puncak Mahameru.

PUNCAK MAHAMERU
Senin, 25 November, 2013
Waktu menunjukkan pukul 5 pagi, kami sempat menyaksikan matahari terbit di Mahameru, terlihat spektakuler di ufuk timur, dan itu berlangsung tidak lebih dari 10 menit, Beruntung bagi kami, kami punya waktu untuk menyaksikan pandangan ini dan sempat mengambil fotonya. Kami sangat takjub dan senang, ini sudah cukup untuk mengobati kelelahan kami.

Sunrise menjelang Puncak Mahameru

Sunrise menjelang Puncak Mahameru

Devies, Erwin dan Julian menjelang Puncak Mahameru
Akhirnya setelah perjuangan yang benar-benar melelahkan melawan rasa lelah, perjuangan melawan rasa  putus asa, melawan cuaca ekstrim, serta perjuangan melawan keterbatasan diri, pada pukul 05.30 kami berhasil mencapai Puncak Mahameru.

Itu perasaan yang menakjubkan dan sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Angin bertiup sangat kencang dan cuaca disini sangatlah ekstrim. Kecepatannya mencapai 30 knot, cukup kencang. Suhu disini sungguh rendah mencapai 4 derajat Celcius. Perasaan aneh melanda kami saat berada di puncak Mahameru. Dingin, angin kencang, dan keindahan alam yang menakjubkan, sejauh mata memandang, terhampar luas samudera awan yang tak berujung berbatasan dengan biru cakrawala langit yang mahaluas, hanya gunung-gunung tinggi saja yang terlihat menembus awan.  Kami merasa seperti di dunia lain. Itu adalah mimpi menjadi kenyataan, berdiri di Puncak Mahameru.

MAHA BESAR ALLAH atas segala mahakarya ciptaan-Nya yang Sempurna.

Alhamdulillah, Kami berhasil, Kami berdiri di atas awan !

Puncak Mahameru
Tim Badranaya Adventure di Puncak Mahameru

Tim Badranaya Adventure di Puncak Mahameru

Julian di Puncak Mahameru
Egi di Puncak Mahameru

Erwin di Puncak Mahameru

Sandy di Puncak Mahameru

Erwin di Puncak Mahameru

Bang Hamka di Puncak Mahameru

Sandy di Puncak Mahameru

Dua bersaudara di Puncak Mahameru

Egi di Puncak Mahameru

Julian, Dhani dan Devies di Puncak Mahameru
Sandy, Erwin, Dedy dan Dhani di Puncak Mahameru

Dhani di Puncak Mahameru

Berkibarlah benderaku di Puncak Mahameru

Team Badranaya di Puncak Mahameru
Kami merasa begitu sangat kedinginan dan seperti beku, bahkan saya tidak bisa merasakan jari-jari saya sendiri. Perasaan penuh emosional, bangga, bahagia dan lelah bercampur menjadi sekali. Kami tidak bisa berlama-lama berada di sini karena kondisi fisik kita yang sudah drop dan dikhawatirkan angin yang membawa gas beracun akan segera bertiup menuju ke arah jalur pendakian. Terdapat sebuah kawah yang terus-menerus meletus dan aktif mengeluarkan debu vulkanik setiap 15-45 menit yang disebut Jonggring Saloko.

Kami berada di puncak Mahameru sekitar satu setengah jam menikmati pemandangan luar biasa dan mengambil beberapa foto. Tepat pada pukul 07:00 kami kembali turun ke Camp Kalimati. Belakangan diketahui kalau Bang Dado tidak melanjutkan perjalanan hingga Puncak dan turun kembali ke Kalimati.

Berjalan dari puncak ke Kalimati hanya membutuhkan 2,5 jam. Dibandingkan dengan waktu kami berjalan ke atas yang 6,5 jam. Trek berpasir jauh lebih memudahkan kami ketika turun.

Dalam perjalanan kembali ke Kalimati, Kelompok kami bertemu dengan seorang gadis yang cedera di tengah trek pendakian, rupanya gadis itu terpisah dari kelompoknya dalam kondisi lapar, lemas dan cedera. Disana saya memberikan minum dan perbekalan makanan kepada dia agar mampu melanjutkan perjalanan kembali ke Kalimati. Kami memutuskan untuk membagi menjadi dua kelompok, yang pertama akan pergi terlebih dahulu ke Kalimati untuk membongkar tenda dan menyiapkan makanan, dan kelompok yang kedua bertugas menjaga dan melakukan evakuasi terhadap gadis tersebut ke Camp Kalimati.

Saya dan Erwin tiba di Kalimati terlebih dahulu pada pukul 9:30 menyusul tak lama kemudian Bang Seca dan Bang Hamka. Kelompok 2 yang terdiri dari Devies, Julian, Egi, Bang Dedy dan Sandy tiba satu jam kemudian. Pada 12:00 setelah makan dan cukup beristirahat kami melanjutkan perjalanan ke Ranu Kumbolo. Siang itu cuaca mendung. Setelah selesai berkemas hujan sempat membuat kami menunggu beberapa saat di pos Kalimati. ¼  jam berlalu hujan pun reda dan kami melanjutkan perjalanan.

Pada awalnya kabut tebal dan cukup gelap, setelah kami memasuki hutan kecil, kabut menghilang dan matahari bersinar dengan teriknya. Pukul 2 siang kami tiba di ujung hutan pinus Cemoro Kandang. Saat itu kembali turun hujan, jadi kami beristirahat disini sambil menunggu hujan reda dengan menggelar plastik besar untuk melindungi dari air hujan. 30 menit setelah itu, hujan sudah berhenti, kemudian kami melanjutkan perjalanann lagi melewati padang rumput indah di Oro-Oro Ombo yang mempesona. Kami terus berjalan dan tiba di Ranu Kumbolo pada pukul 15:20.

Dari puncak Tanjakan Cinta, terlihat pemandangan Ranu Kumbolo yang cantik. Disini kami mengambil beberapa gambar karena pemandangannya yang sungguh menjernihkan pandangan kita. Kami sangat lelah dan mulai beristirahat. Setelah kami selesai membangun tenda hujan kembali turun, kali ini hujan turun deras sekali. Tak ada lagi yang bisa kami lakukan selain berdiam diri didalam tenda. Merasa lelah, kami semua tertidur di dalam tenda.

Oro-oro ombo menuju Ranu Kumbolo

Oro-oro Ombo
AYEK-AYEK SUNGGUH MELELAHKAN
Selasa, 26 November, 2013
Pukul 5:00 di pagi hari saya sudah bangun. Semua orang masih tidur, Saya mengambil kesempatan untuk berjalan di sekitar danau, mengambil beberapa gambar, dan mengagumi keindahannya . Setelah menikmati Ranu Kumbolo sebentar, saya mengambil air, lalu memanaskan air untuk membuat minuman panas dan memasak makanan. Sekali lagi, aku melihat matahari terbit di Ranu Kumbolo, Amazing!

Dhani, Julian, Devies dan Bang Dado: Pagi di Ranu Kumbolo
Setelah makan, kami tak membuang waktu dan mulai berkemas, memulai perjalanan kembali ke Ranupani sekitar 07:00 pagi. Jalur yang kami tempuh adalah melalui jalur alternatif melintasi gunung Ayek-Ayek. Hal ini untuk mempercepat waktu perjalanan karena kita harus segera tiba di stasiun kereta api mengingat jadwal kereta api ke Jakarta yaitu pukul 4 sore.

Kondisi trek Ayek-Ayek sangat curam dan sangat berbahaya, trek ini tidak diperuntukan bagi pendaki pemula. Perjalanan via Ayek-ayek bias memangkas 2 jam waktu perjalanan jika dibandingkan via Watu Rejeng. Perjalanan diawali dengan melintasi sebuah padang rumput luas hampir menyerupai Oro-oro Ombo hanya saja rumput tidak setinggi disana. Setalah itu kemudian melintasi sebuah bukit gunung Ayek-ayek yang curam dan sempit yang langsung berbatasan dengan jurang tajam.

Jalur Ayek-ayek didominasi oleh tumbuhan seperti pinus gunung dan edeweiss. Sesampainya di puncak Gunung Ayek-ayek kita bisa melihat pemukiman penduduk Desa Ranupani dari kejauhan. Dari sini, masih butuh 1 jam perjalanan menuju Pos Ranupani. Jalur berikutnya mulai menuruni punggungan terjal dari gunung Ayek-Ayek hingga pada akhir trek melewati perkebunan milik penduduk setempat.
Ayek-Ayek sungguh melelahkan.

Awal Jalur Ayek-Ayek

Awal Jalur Ayek-Ayek

Egi bergaya di jalur Ayek-Ayek
 
Erwin (lagi) di Gunung Ayek-Ayek

Erwin in action

Puncak Gunung Ayek-Ayek

Devies bergaya di jalur Ayek-Ayek menuju Desa Ranupani

Devies dan Sandy di Perkebunan Penduduk Ranupani
Pada pukul 11 ​​siang kami telah tiba di Desa Ranupani. Kami beristirahat sejenak di rumah penduduk sana. Disana kami dijamu dan sempatkan makan siang. Sementara yang lainnya beristirahat saya berangkat ke Pos Ranupani untuk melapor ke petugas disana sembari membawa 1 karung dan 1 plastik besar berisi sampah.

Setelah semua selesai berkemas, pukul 11:30 kami segera bergegas melanjutkan perjalanan ke Tumpang. Perjalanan awal dari Ranupani menggunakan Ojeg. Ditengah-tengah perjalanan Kami berhenti sejenak untuk berfoto-foto dengan background hamparan Padang Savana Tengger dan Lautan Pasir Tengger menuju  gunung Bromo. Sungguh sangat menakjubkan berada disini. Setelah ½ jam perjalanan menggunakan ojeg, tibalah kita di Jemplang dan kemudian dilanjutkan naik truk ke Tumpang.

Padang Savana Tengger

Egi berlatar Padang Savana Tengger

julian berlatar Padang Savana Tengger

Sandy berlatar Padang Savanna Tengger
Pada pukul 13:30 kami tiba di Tumpang dan sejenak beristirahat disana, beberapa diantara kami berburu oleh-oleh khas Malang. Pukul 14:20 mobil yang akan mengantarkan kita ke stasiun sudah dating, segera kami berangkat menuju stasiun kereta api Malang. Tidak sampai 1 jam kami tiba di Stasiun, Kami pulang menggunakan kereta yang sama, Kereta AC Ekonomi Matarmaja. Sungguh kenangan yang mengesankan, dan aku berjanji pada diriku akan sampai di sana suatu hari nanti untuk menikmati keindahan alam, lagi dan lagi.

Devies setibanya di Stasiun Malang
SAMPAI JUMPA DI PETUALANGAN BERIKUTNYA!
Rabu, 27 November, 2013
Keesokan harinya , setelah melakukan perjalanan lebih dari 19 jam dengan kereta api, kami tiba di Jakarta pukul 11 ​​siang. Setelah melakukan perpisahan dengan teman-teman lain, Kami kembali ke rumah masing-masing. Sampai jumpa di Petualangan berikutnya, teman-teman!